search

Solo The Spirit of Java

Solo The Spirit of Java
Welcome to my blog
Share |

John Taihuttu Ingin Sumbangkan Ilmu Ke Indonesia

Pelatih keturunan Maluku ini merasa ilmunya lebih berharga jika disumbangkan ke tanah air.

Selain ratusan pemain keturunan, sepakbola Belanda juga menyimpan sejumlah pelatih keturunan Indonesia. Salah satunya adalah bekas penyerang kondang VVV Venlo yang kini menjadi staf pelatih Fortuna Sittard, John Taihittu.

Pria 56 tahun keturunan Maluku ini merasa yakin bisa memberikan sumbangan bagi sepakbola negara leluhurnya berkat pengalaman segudang sebagai pelatih. Taihittu kini menjadi salah satu pelatih sekaligus pemantau bakat andalan Fortuna untuk kawasan Belanda selatan. Tugas tersebut membuatnya harus bersaing dengan klub lain, seperti Roda JC Kerkrade, MVV Maastricht, VVV, dan bahkan Racing Genk.

Sepakbola Belanda dikenal memiliki peraturan hanya dapat merekrut pemain muda ke akademi sebuah klub yang berlokasi di radius tertentu dari tempat tinggal sang pemain.

"Setiap pekan kami harus mendatangi klub-klub kecil dalam radius 50 kilometer untuk mencari bakat berusia kira-kira delapan tahun dan bersaing dengan klub-klub lain di selatan Belanda ini," tukas Taihittu kepada RNW.

"Di Belanda ini setiap klub Eredivisie dan Eeerstedivisie memiliki punya tim yunior A1, B1, hingga C1. Pelatih untuk tim yunior mereka harus memenuhi syarat ketat sebagai pelatih dan pendidik."

Saat ini, Taihittu menjadi pelatih tim yunior B1 atau untuk pemain kelompok usia 16-17 tahun. Tidak sembarang orang bisa menjadi pelatih tim tersebut karena hanya ada 18 pelatih dari klub Eredivisie serta 18 pelatih klub Eerstedivisie yang dipercaya menangani tim B1 masing-masing.

Salah satu pemain didikan Taihittu adalah kapten timnas Belanda saat ini, Mark van Bommel. Bahkan Bung Johnny, demikian panggilan akrabnya, pernah memarahi Van Bommel ketika mendapat angka merah di sekolah.

"Kami tidak pasang Mark di tim utama bukan karena kualitasnya, tapi karena ada dua nilai merah di rapornya. Dia harus lulus dua angka itu sebelum dipasang lagi di dalam tim," kisahnya.

"Untuk melatih tim B1, saya dituntut memiliki kemampuan sebagai seorang pendidik. Selain melatih, saya juga harus menjadi guru yang tegas dan disiplin."

Berkat pengalaman yang sarat, Taihittu mengaku dapat menilai kemampuan seorang pemain usia muda dari caranya berjalan dan berlari.

"Dari cara dia berjalan dan berlari tanpa bola saja saya bisa mengenali, anak itu punya bakat atau tidak. Biasanya sembilan dari sepuluh dugaan saya terbukti," sambung pelatih yang lancar berbahasa Indonesia ini.

"Kalau anak dilempar bola, kita bisa langsun tahu responnya. Di lapangan, kita bisa langsung melihat pemain bertanding. Perhatikan apa yang dilakukannya ketika menguasai bola."

"Ketika bermain empat lawan empat, kita bisa tahu keterampilan seorang pemain. Kalau seorang bisa memainkan bola dan menempatkannya di pundak, itu tidak istimewa. Saya justru ingin melihat pemain itu ketika tidak sedang menguasai bola."

"Seorang bintang sepakbola harus sudah mendapat pendidikan bola sejak usia dini, maksimal usia sepuluh tahun. Tanpa pendidikan panjang di klub, mustahil bisa berhasil. Jangan lupa, Lionel Messi saja sudah masuk Barcelona sejak usia sepuluh tahun."

Terakhir, sebelum pensiun dari dunia sepakbola, Taihittu memiliki satu harapan.

"Dengan sisa masa aktif yang tinggal beberapa tahun ini, saya ingin menyumbangkan ilmu dan tenaga untuk tanah leluhur," tukasnya.

"Ilmu saya lebih berharga untuk diturunkan kepada pemain muda Indonesia daripada di Belanda."

0 komentar:

Posting Komentar

Yahoo bot last visit powered by  Ybotvisit.com bola-mania-football.blogspot.com 2010-11-09 monthly 0.5